Minggu, Juli 07, 2013

Pekan Pertama Bersama E-ticketing & Tarif Progresif: Sebuah Review

Awal pekan ini, 1 Juli 2013, adalah hari pertama diterapkannya tarif progresif untuk perjalanan KRL Commuter Line (CL). Tarif perjalanan KRL CL, yang sebelumnya menggunakan tarif flat (jauh-dekat), kini dihitung berdasarkan jumlah stasiun yang akan ditempuh. Sistem tarif baru ini juga didukung dengan penggunaan tiket kartu elektronik (e-ticketing) untuk KRL CL, menggantikan tiket CL sebelumnya yang berupa tiket kertas/karcis.

Ada dua macam kartu e-ticket yang berlaku untuk perjalanan KRL CL, yaitu kartu single trip dan kartu multi trip. Kartu single trip berlaku untuk sekali perjalanan & harus diserahkan kepada petugas/dimasukkan ke dalam gate out di stasiun tujuan. Sementara itu, kartu multi trip dapat digunakan untuk berkali-kali perjalanan & kartunya menjadi milik pengguna jasa KRL CL. Selain itu, karena menggunakan sistem saldo, kartu multi trip juga dapat diisi ulang/di-top up.

Kartu Commet multi trip milik saya


Sampai (dini) hari ini, saya sudah 7 kali naik KRL CL menggunakan e-ticket ini, kesemuanya menggunakan kartu multi trip. Sebenarnya sih ingin juga mencoba naik KRL CL menggunakan kartu single trip, tetapi karena sudah terlalu enak menggunakan kartu multi trip, jadinya belum kesampaian juga deh, hehe. Mengapa menggunakan kartu multi trip lebih enak? Ikuti terus tulisan saya, hehe.

Kalau ditanya mengenai kelebihan penerapan kebijakan tarif progresif & e-ticketing, hal yang akan saya sebut pertama kali adalah tarif yang dikenakan kepada pengguna jasa KRL CL menjadi lebih murah daripada tarif sebelumnya (tarif flat). Awalnya tarif yang ditetapkan adalah Rp 3000 untuk 5 stasiun pertama & Rp 1000 untuk 3 stasiun berikutnya [sumber]. Akan tetapi, karena mendapat kucuran subsidi melalui PSO (Public Service Obligation), tarif yang berlaku menjadi Rp 2000 untuk 5 stasiun pertama & Rp 500 untuk 3 stasiun berikutnya [sumber].

Hal kedua yang menjadi nilai plus pelaksanaan kebijakan ini adalah penggunaan kartu elektronik sebagai tiket perjalanan. Hal ini mempermudah transaksi pembelian tiket di loket. Anda tinggal menyebutkan stasiun tujuan Anda, & sebuah tiket elektronik berisi informasi mengenai stasiun tujuan Anda keluar dari card dispenser. Bayangkan jika penerapan tarif progresif ini tidak disertai dengan penggunaan tiket kartu elektronik & masih menggunakan tiket kertas, akan ada banyak bundel tiket yang dipegang oleh petugas loket, yaitu tiket untuk tujuan spesifik stasiun tertentu, untuk semua stasiun yang tersebar di seantero Jabodetabekser (Jabodetabek + Serpong). Sebagai info, jumlah stasiun di jaringan Jabodetabekser mencapai angka 66 stasiun lho!

Hal ketiga, kali ini spesifik untuk pengguna kartu multi trip, Anda dapat langsung masuk ke dalam area stasiun, khususnya peron, tanpa perlu mengantre untuk mendapatkan tiket perjalanan KRL CL. Cukup dengan datang ke stasiun & langsung lakukan tap in di gate in menggunakan kartu multi trip Anda. Untuk yang ini tentunya dapat Anda lakukan selama saldo di kartu multi trip Anda masih mencukupi untuk melakukan perjalanan. Otherwise, Anda harus men-top up kartu multi trip Anda terlebih dahulu di loket.

Tiga hal di atas adalah nilai plus dari penerapan kebijakan tarif progresif & e-ticketing, menurut saya. Akan tetapi, selain kelebihan, penerapan kebijakan ini pasti memiliki kelemahan. Hal yang saya anggap sebagai kelemahan yang utama adalah waktu pelayanan yang menjadi bertambah lama. Maksudnya waktu yang dibutuhkan dari mengantre tiket hingga masuk ke dalam area stasiun setelah tap in kartu di gate in, serta waktu yang digunakan untuk keluar dari stasiun, untuk kasus tiket single trip.

Untuk kasus masuk ke stasiun, dulu sewaktu menggunakan karcis, Anda cukup menyebutkan nama stasiun "ujung" (karena tarifnya flat) dan tinggal menyerahkan karcis ke petugas di gate in untuk dilubangi. Pada sistem yang baru, Anda harus menyebutkan stasiun spesifik yang akan Anda tuju, karena Anda tidak bisa turun di stasiun setelah stasiun yang Anda tuju. Jika Anda melakukan hal demikian, Anda akan mendapatkan sanksi. Setelah Anda mendapatkan tiket single trip, Anda perlu melakukan tap in di gate in (urutan: tap in -> lampu berwarna hijau -> dorong tripod untuk masuk ke dalam stasiun). Jika Anda tak terbiasa dengan sistem ini, hal ini mungkin malah menyulitkan Anda.

Untuk kasus proses keluar dari stasiun, dulu sewaktu menggunakan karcis, Anda tinggal menyerahkan karcis perjalanan Anda kepada petugas di gate out. Pada sistem yang baru, untuk kasus single trip, Anda perlu memasukkan kartu single trip di slot yang tersedia di gate out. Setelah lampu berwarna hijau, baru Anda bisa mendorong tripod untuk keluar dari stasiun. Terkadang orang agak bingung ketika akan memasukkan kartu single trip ke slot di gate out, karena bingung mencari slot tersebut. Karena itu, beberapa orang hanya menyerahkan kartu single trip tersebut kepada petugas & keluar melalui gate biasa.

Demikian hasil pantauan saya selama kurang lebih lima hari kemarin mengenai kelebihan & kelemahan penerapan tarif progresif & e-ticketing untuk perjalanan KRL CL. Untuk plus & minus dari media, salah satunya adalah berita ini. Satu hal yang perlu diingat, tanggal 1 Juli 2013 kemarin adalah awal diberlakukannya sistem penarifan baru, tidak termasuk perubahan jadwal perjalanan KRL. Jadwal yang digunakan saat ini masih jadwal yang berlaku sejak 1 April 2013. Jadi, harap maklum jika KRL yang akan Anda naiki masih penuh seperti sebelum pergantian tarif, atau malah cenderung lebih penuh daripada sebelumnya, hehe.

Oh iya, agar lebih jelas mengenai penerapan tarif progresif & e-ticketing, Anda dapat memantau akun twitter resmi PT KCJ, yaitu @CommuterLine. Salam roker!

2 komentar:

  1. Wah tampilan blognya baru :)
    Baru Lihat XD

    BalasHapus
    Balasan
    1. Welcome back, then. Hahaha.
      Udah lama juga ga berkunjung ke sana :)

      Hapus