Senin, Januari 30, 2012

Trip 280112

Untuk yang ke sekian kalinya, Ilkomerz 45 mengadakan perjalanan dengan jumlah massa yang besar. Tercatat lebih dari 40 orang terdaftar dalam perjalanan kali ini, tiga diantaranya adalah non Ilkomerz 45. Dan tujuan kami adalah sebuah daerah di Cianjur Selatan. Bukan, perjalanan kali ini bukan dengan tujuan wisata biasa. Perjalanan kali ini diadakan untuk menghadiri pernikahan salah seorang Ilkomerz 45. Berhubung ini pernikahan pertamax di kalangan Ilkomerz 45, maka sayang rasanya untuk tidak menghadiri acara ini.

Kisah mengenai perjalanan di tanggal 28 Januari 2012 ini dimulai sekitar dua pekan yang lalu, selepas UAS semester 7, ketika dilayangkan sebuah undangan event pernikahan teman tersebut via sebuah jejaring sosial. Berbagai tanggapan muncul sebagai respon dari undangan tersebut. Ada yang kaget, ada yang senang, ada yang merencanakan untuk menghadiri acara, bahkan sampai ada yang menjadi galau dan berkata, "kapan yah gw nyusul?"... :P

Adapun lokasi pernikahan adalah di kampung Puncakwangi (Ciasmay), desa Mekarsari, kecamatan Pagelaran, Cianjur Selatan. Jika dicari menggunakan peta digital, kira-kira lokasinya adalah di sini. Menurut tuan rumah dan seorang teman yang kampung halamannya juga di daerah sana, jalan di sana tidak terlalu lebar. Jenis kendaraan penumpang terbesar yang dapat melewati jalan di daerah sana hanyalah bus 3/4, dan dapat ditempuh dalam sekitar 5 jam perjalanan dari Bogor, jika kondisi jalan lancar.

Singkat cerita, setelah melalui beberapa pertimbangan, diputuskanlah perjalanan menuju TKP a.k.a. tempat acara dilakukan dengan menyewa bus ukuran 3/4 milik kampus sebanyak 2 buah. Dan perjalanan dilakukan pada Sabtu tengah malam. Dan perjalanan ini dilakukan oleh total 53 orang, dengan perincian satu kenek bus, dua supir bus, tiga orang non Ilkomerz 45, dan sisanya Ilkomerz 45, termasuk si teman yang "tahu jalan".


Perjalanan menempuh rute Bogor - Puncak - Cianjur - TKP. Sejak dari Bogor sampai ke Cianjur kota, perjalanan cukup lancar. Di bagian ini, perjalanan hanya terhenti ketika kedua bus terpisah cukup jauh, sehingga bus depan berhenti dahulu untuk menunggu bus belakang. Sampai di Cianjur kota, mulailah si pemandu jalan alias si teman-yang-tahu-jalan (sebut saja R) dan GPS beraksi. Ternyata, si R ini hanya tahu tempat kampung halamannya, tanpa tahu dengan utuh jalan menuju kampungnya tersebut. Walhasil, kami sempat mengambil jalan ke arah Bandung, alih-alih mengambil jalan ke arah Sukabumi. Setelah bertanya ke penduduk setempat, akhirnya kami menemukan rute yang tepat. Perjalananpun dilanjutkan kembali.

Thanks to GPS dan R, perjalanan dilanjutkan kembali. Sekitar setengah jam kemudian, kami mulai menyusuri trek gunung dengan jalan yang tidak cukup lebar. Ya, kondisi jalan di trek tersebut tidak terlalu lebar, berkelak-kelok, dan ada lubang di beberapa titik. Bahkan, jika bus kami berpapasan dengan truk, tak jarang daerah bahu jalan juga dihajar. Wajar jika R dan si tuan rumah menyebutkan bahwa jangan menggunakan bus besar. Ketika waktu untuk sholat Subuh datang, kami sudah sampai di daerah Campaka.


Tak lama setelah melanjutkan perjalanan selepas sholat Subuh, perjalanan mulai memasuki daerah kebun teh. Sebelumnya memang disebutkan bahwa TKP berada di daerah kebun teh PTPN VIII. Dan jalan yang semula hanya naik pun berganti menjadi naik-turun. Karena hari semakin terang, semakin terlihatlah keadaan alam sekitar. Salah satunya adalah yang di bawah ini. Sayang, kondisi jalan yang naik-turun berkelak-kelok tidak sempat direkam oleh kamera...


Akhirnya, sampai juga di "depan komplek" TKP, sekitar jam 6.30. Ya, ternyata untuk sampai ke depan TKP dibutuhkan perjalanan beberapa ratus meter lagi dengan lebar jalan yang lebih sempit. Karenanya para supir bus menolak untuk membawa masuk bus mereka ke dalam. Terpaksa kami harus berjalan kaki menuju TKP. Adapun kondisi jalan menuju TKP cukup berbatu dan berbukit, seperti gambar berikut.

Setelah sarapan dan berganti baju, sekitar jam 8.30 rombongan beranjak menuju TKP. Sedangkan saya, beserta beberapa teman, baru beranjak menuju TKP sekitar jam 9.

Sampai di TKP, acara belum dimulai, karena sang pengantin pria belum datang. Setelah pengantin pria datang sekitar jam 9.30, acarapun dimulai. Selama pelaksanaan acara, bahasa yang dominan digunakan adalah bahasa Sunda. Jadi merasa kasihan kepada Ilkomerz 45 yang bukan berasal dari daerah Sunda... :P. Walaupun begitu, akad nikah dilakukan menggunakan Bahasa Indonesia.

Setelah akad nikah, acara langsung dilanjutkan dengan resepsi. Walaupun hujan sempat turun beberapa kali di tengah acara, resepsi tetap berlangsung dengan meriah.

Tidak ingin pulang terlalu sore, sekitar jam 12.30 kami memohon diri untuk pamit pulang kepada tuan rumah. Perjalanan pulang menggunakan rute yang sama dengan rute berangkat. Dalam perjalanan pulang ini, beberapa kali bus kami berhenti untuk istirahat sholat dan istirahat ke toilet, karena beberapa orang mengalami mual di perjalanan. Karena terlalu banyak waktu yang digunakan ketika istirahat dan sempat terjebak macet di Cisarua, akhirnya kami sampai kembali di kota Bogor sekitar jam 8 malam. Tidak ingin turun di Darmaga, saya dan seorang teman memutuskan untuk turun di depan Rumah Sakit PMI, untuk kemudian langsung pulang ke rumah.

Setelah perjalanan kemarin, kira-kira siapa ya Ilkomerz 45 yang menikah keduax? Tunggu saja tanggalnya... :D


/*--- sedikit update ---*/
Menurut seorang teman, ada satu kisah menarik lagi yang belum diceritakan di tulisan ini. Cerita ini terjadi di sela-sela kemacetan akibat sistem lalu lintas buka-tutup di Cisarua.

Jadi begini. Karena waktu itu kami terjebak macet, beberapa teman mengalami mual karena jam makannya terganggu, dan beberapa teman lainnya ingin mengisi perut, jadilah kami singgah di salah satu pojok Cisarua untuk melaksanakan sholat Magrib dan makan. Akan tetapi, tim supir agak keberatan dengan ide ini, karena ada kemungkinan kami akan kemalaman sampai di Bogornya. Kebetulan, waktu itu arus kendaraan ke arah Bogor sedang ditutup.

Karena sudah terlanjur berhenti, dan sudah masuk waktu sholat Magrib, maka kami memutuskan untuk sholat terlebih dahulu. Setelah sholat, seorang teman mengobrol dengan pak supir. Hasilnya, pak supir mempersilakan kami untuk makan terlebih dahulu, sambil menunggu arus kendaraan ke Bogor dibuka.

Bersama teman yang lain, saya ikut memesan makanan. Akan tetapi, belum juga makanan yang dipesan disajikan, ternyata arus kendaraan ke arah Bogor sudah dibuka. Walhasil, kami memutuskan untuk membungkus makanan yang belum sempat dimakan ini. Dan karena saya naik bus yang berbeda dengan teman "seperjuangan" memesan makanan, akhirnya dengan berat hati saya relakan jatah makanan saya untuk teman di bus sebelah... [--"]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar